Tuesday 19 August 2014

Perayaan Hari Ulang Tahun Gereja kali ke-4

   Pada 16 & 17 Ogos yang lalu telah berlangsung Majlis Perayaan Ulang Tahun Gereja kali yang ke-4. Majlis yang bertemakan "Open Heaven" menyaksikan berkat Tuhan yang tercurah ke atas jemaat sidang ini yang akhirnya berjaya mencapai Misi gereja untuk memiliki gedung gereja sendiri. Keberhasilan ini merupakan hasil berkat doa dan kerjasama di kalangan pemimpin dan jemaat sidang.  

Pta. Rowel Marung (Ketua Sidang) menyerahkan cek bernilai RM450,000.00 kepada En. Chia Han (Pemilik Tapak) sebagai gimik pembelian tapak gereja




Gambar bersama barisan pemimpin dari sidang lain yang turut menyaksikan Majlis Penyerahan Tapak Gereja SIB Jalan Aman.


Persembahan lagu dari Persekutuan Wanita (PKW) SIBJA yang bertemakan warna-warni kepelbagaian suku bangsa

Thursday 15 November 2012

GOD'S DESCRIPTION


The LORD, the LORD GOD merciful and gracious (Exodus 34:6)

The prayers of young children show us what they think of God. Here are two I read recently:
“Dear God, what does it mean that You are a ‘jealous’ God? I thought You had everything.”
“I didn’t think orange went with purple until I saw the sunset You made on Tuesday. That was cool.”
These children are right to think of God as the owner and creator of everything, the One who can paint beautiful sunsets. But how does God describe Himself?
Moses needed an answer to that question when he was about to lead the Israelites into the wilderness. He wanted to be assured of God’s presence and leading, so he asked Him to reveal Himself (Ex. 33:13,18). In response, God came down in a cloud and said: “TheLord, the Lord God, merciful and gracious, longsuffering, and abounding in goodness and truth, . . . by no means clearing the guilty” (34:5-7). He is good; He is just.
We too can know this God and be assured of His presence. He has revealed Himself in His creation and in His Word. As we ask Him to make Himself known to us, we’ll learn that He is even more than the owner and creator of everything!
Sing praise to God who reigns above,
The God of all creation,
The God of power, the God of love,
The God of our salvation. —Schutz
In a world of superlatives, God is the greatest.
(from odb)

ALLAH YANG DISEBUT BAPA


Matius 7:7-11Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Matius 7:11b)
Saya agak gemas ketika tawaran saya untuk membelikan sesuatu ditolak oleh anak teman saya. “Tanya papa dulu,” katanya. Belakangan teman saya menjelaskan, “Memang aku ajarin anak-anakku supaya sekali-kali tidak minta sama orang lain. Kalau ada kebutuhan, mereka harus belajar minta sama aku. Memang tidak semua permintaan mereka langsung aku kabulkan, tetapi mereka tahu kalau tidak diberi itu pasti ada alasannya. Papa tahu yang terbaik buat mereka. Mereka harus minta sama papa, bukan orang lain.”

Kisah teman saya dengan anaknya mengingatkan saya pada suatu hal yang luar biasa tentang Allah. Yesus menyebut Allah sebagai Bapa kita di surga (ayat 11). Bapa yang senang mendengarkan permintaan anak-anak-Nya, memberikan apa yang baik bagi mereka. Meski para ayah di dunia terbatas, gambaran ini menolong kita mengenal Pribadi Allah. Berbeda dengan para ayah di dunia, Bapa kita di surga punya segala kemampuan untuk mengabulkan permintaan kita. Dia tahu apa yang terbaik dan kapan waktu terbaik untuk memberikannya. Seorang ayah tentu tidak akan memberikan sesuatu yang belum siap diterima anaknya, atau yang bisa membahayakan dirinya. Dan lebih dari para ayah di dunia, Bapa di surga ingin anak-anak- Nya menunjukkan kepercayaan dan pengharapan mereka dengan meminta kepada-Nya, bukan kepada yang lain.

Berapa sering kita sungguh-sungguh berharap dan bertekun dalam doa? Mungkin lebih sering kita berpikir, “AhTuhan sudah tahu, mengapa harus berdoa?” Kebenaran ini sederhana, tetapi sering terlupakan: Allah adalah Bapa yang senang mendengarkan dan memberikan yang baik bagi anak-anak-Nya.—ELS 
BAPA SENANG KETIKA ANAK-ANAK-NYA BERGANTUNG KEPADA-NYA.
MEMBERIKAN YANG TERBAIK ADALAHKEAHLIANNYA

Thursday 1 November 2012

DIBANGUNKAN


1 Petrus 5:8 "sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya"
Suatu pagi di musim gugur, ketika hari masih gelap dan saya sedang mengendarai mobil menuju ke tempat kerja, saya dikejutkan oleh sekelebat bayangan berwarna cokelat yang terkena terpaan sinar lampu depan mobil saya, diikuti dengan suara sesuatu tertabrak di bagian depan mobil saya. Saya telah menabrak seekor rusa dengan kecepatan 110 kilometer per jam! Itu hanya serempetan kecil, dan mobil saya (dan sepengamatan saya, juga rusa itu) tidak apa-apa. Namun, saya sungguh merasa terkejut. Saya berkendara dengan cara yang sudah biasa saya lakukan karena saya sudah mengenal arah jalan menuju ke kantor, tetapi perasaan terguncang karena kejadian tersebut benar-benar membangunkan saya. Kini saya sepenuhnya tersadar dan berusaha menenangkan jantung saya yang berdetak kencang. Sungguh suatu cara membangunkan yang paling tidak menyenangkan yang pernah saya alami.
Petrus membangunkan kita dengan cara yang berbeda—cara yang tidak menyenangkan, tetapi sangat diperlukan. Petrus memperingatkan bahwa kita terlibat dalam peperangan rohani melawan musuh yang kuat. Ia mengingatkan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Ptr. 5:8). Peringatan ini membangunkan kita, membuat kita melihat bahaya yang ada dan bersiap siaga untuk menghadapi serangannya!
Hanya ketika menyadari adanya bahaya yang menghadang kita setiap hari, maka kita akan dengan sadar mencari pertolongan yang dibutuhkan. Hanya jika kita waspada, kita akan bersandar kepada kekuatan dari Tuhan yang lebih besar dari musuh rohani kita. —WEC
Meski kejahatan ada di sekitar kita,
Kita tak perlu takut akan dikalahkan;
Karena saat Allah berperang bagi kita,
Semua musuh pun mundur. —Sper
Hidup orang Kristen adalah suatu medan pertempuran.

(dipetik dari rbc)

Wednesday 31 October 2012

MERASA DITINGGALKAN?


"Orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia, biarlah hatimu hidup untuk selamanya" - Mazmur 22:27
Tahukah Anda, mazmur mana yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru? Mungkin tebakan Anda adalah Mazmur 23 yang paling favorit dan terkenal, tetapi sebenarnya yang paling sering dikutip adalah Mazmur 22. Mazmur ini diawali dengan perkataan Daud yang emosional dan menyedihkan, yang dikutip Yesus ketika tergantung di kayu salib, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46; Mrk. 15:34).
Bayangkan situasi yang telah dialami Daud yang menyebabkannya sampai berseru kepada Allah dengan cara seperti itu. Perhatikan bagaimana ia merasa ditinggalkan dan dicampakkan: “Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku” (Mzm. 22:2). Ia juga merasa diabaikan: “Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab” (ay.3).
Apakah Anda pernah mengalami situasi yang sama seperti yang dialami Daud? Apakah Anda pernah menatap ke langit dan bertanya-tanya mengapa sepertinya Allah telah meninggalkan atau mengabaikan Anda? Itulah yang dirasakan Daud. Namun untuk setiap tangisan sedih yang diungkapkan Daud, tersebut sifat Allah yang telah menyelamatkannya dari keputusasaan. Ketika Daud mengalaminya, ia menyadari bahwa Allah itu kudus (ay.4), dapat dipercaya (ay.5-6), penolong dan penyelamat (ay.9, 21-22), dan kuat (ay.20).
Apakah Anda merasa ditinggalkan? Carilah Tuhan. Pelajari karakter-Nya. Dan “biarlah hatimu hidup untuk selamanya!” (ay.27). —JDB
Tuhan, terkadang aku merasa seolah Kau tak mempedulikan hidupku.
Ketika aku mengalami perasaan itu, tolong ingatkan aku tentang
sifat-Mu seperti yang Kau lakukan kepada Daud. Tolong aku untuk
bersandar kepada-Mu lagi dan tahu bahwa Kau menyertaiku.
Sekalipun kita tidak merasakan kehadiran Allah, kasih pemeliharaan-Nya ada terus bersama kita.

SOMETHING TO HIDE


I said, “I will confess my transgressions to the Lord,” and You forgave the iniquity of my sin-Psalm 32:5
If you have something to hide, Mike Slattery may have the solution. Several years ago, a cell-phone company wanted to erect an antenna on his property and disguise it as a pine tree. Mike had a better idea and built a fake barn with vinyl panels that allow the radio waves to pass through them. He developed that concept into a company that builds structures to hide antennas for aesthetic and security reasons. Slattery is convinced that many of his neighbors still have no idea what’s inside his barn (The Gazette, Colorado Springs).
Most of us are trying to keep something out of sight. It may be as harmless as clutter in a basement or as toxic as the moral and spiritual failings we try to hide from others, ourselves, and even from God.
In Psalm 32, David described the futility of trying to conceal his sin (vv.3-4) and the relief of opening his soul to the Lord: “I acknowledged my sin to You, and my iniquity I have not hidden. I said, ‘I will confess my transgressions to the Lord,’ and You forgave the iniquity of my sin” (v.5).
Confessing our sins to God and forsaking them brings a sense of freedom to our souls and the awareness that we have nothing to hide.
Lord Jesus, help me come to You
When I would rather run and hide
My sinfulness and foolish ways;
Forgive and make me clean inside. —Sper
Whenever we’re ready to uncover our sins,
God is ready to cover them.
(taken from the dailybread)


LEBIH DARI SEKADAR RASA


Matius 26:1-13
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. (Matius 26:10)
Meski berat, momen perpisahan sering merupakan saat-saat menikmati hujan kasih. Saya masih menyimpan sejumlah kenang-kenangan yang diberikan ketika saya selesai kuliah dan akan pulang ke kota asal. Tidak semuanya berguna, tetapi tiap benda mengingatkan saya pada mereka yang meluangkan waktu, uang, dan tenaga demi menunjukkan kasih kepada saya.

Saya pikir orang yang mengurapi Yesus menjelang penyaliban pastilah sangat mengasihi Yesus. Sebab itu, Yesus sangat menghargai tindakannya (ayat 10). Menuangkan minyak wangi menunjukkan penghormatan yang besar dalam budaya zaman itu, apalagi minyak yang mahal harganya. Menurut catatan Injil Yohanes, ia adalah Maria, saudara Lazarus yang pernah dibangkitkan Yesus. Mungkin sekali Maria telah mendengar bahwa Yesus akan disalibkan dan ia tak tahan menunjukkan kasih dan penghormatannya kepada Sang Mesias selagi masih punya kesempatan. Menurut catatan Matius, Yesus telah empat kali memberitahukan tentang kematian-Nya kepada para murid. Namun, mereka tidak memercayai-Nya (lihat pasal 16:22), bahkan gusar melihat tindakan Maria yang mereka anggap berlebihan (ayat 8).

Tindakan Maria mengingatkan kita bahwa kasih adalah sesuatu yang “aktif”, bukan sekadar perasaan yang kita harap bisa meluap sewaktu-waktu. Perintah pertama dan utama yang diberikan Yesus adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, ....” Kasihilah, sebuah kata kerja. Ketika kita mengasihi Allah, kita memercayai dan menaati-Nya (lihat Yohanes 14:15). Tak mengapa jika tidak dihargai orang. Kita melakukannya semata-mata karena hendak menunjukkan kasih dan penghormatan tertinggi bagi-Nya.—MEL 
MENGASIHI ALLAH BERARTI KITA MEMERCAYAI-NYA
DAN MENGAMBIL LANGKAH NYATA UNTUK MENANGGAPI-NYA

(dari renunganharian)