Friday 28 September 2012

PERUTUSAN DARI REV VICTOR


 Shalom jemaat SIBJA yang dikasihi Tuhan! Apa khabar semua? Diharap agar semua sihat walafiat dan sentiasa tekun mengejar hadirat Tuhan!
Saya menulis warkah ini dari Nazareth, Israel. Daerah ini sangat relevan dalam sejarah kepercayaan kita disebabkan beberapa hal yang saya ingin terangkan.
Pertama sekali, berdasarkan Injil Lukas, kita tahu bahawa inilah lokasi di mana malaikat Gabriel memberi pesan Tuhan kepada seorang perawan yang bernama Maria bahawa dia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak lelaki yang bernama YESUS.
Galilea yang terletak di daerah Nazareth juga adalah tempat Yesus membesar. Dia melalui sebahagian besar zaman kanak-kanakNya serta zaman dewasaNya di sini. Kita boleh katakan bahawa Nazareth adalah kampong halaman Yesus. Walaupun Dia dilahirkan di Betlehem dan dimuliakan di Yerusalem, Yesus digelarkan sebanyak 17 kali di dalam Injil sebagai - Yesus dari Nazareth (Jesus of Nazareth) Bahkan, sewaktu Dia disalibkan, terpasang tulisan ini dalam 3 bahasa, Latin, Yunani dan Ibrani – IESUS NAZARENUS REX IUDAEORUM – YESUS DARI NAZARETH, RAJA ORANG YAHUDI.
Nazareth menjadi mahsyur sampai ke hari ini kerana Yesus. Tetapi kampungNya sendiri menolakNya. Pertama kali Dia berkhutbah di Nazareth (Luk.4:16-30), mereka nyaris membunuhNya! Yesus dianiayai orang kampungNya sendiri!
Pelayanan Tuhan Yesus yang disertai dengan kuasa Roh Kudus yang tidak terbatas, dengan tanda mukjizat dan keajaiban yang luar biasa di mana-mana saja Dia pergi, tetapi tidak begitu di Nazaret. Markus 6:5 mengatakan ini, “Ia TIDAK DAPAT mengadakan satu mukjizatpun di sana…”
Perhatikan ayat itu baik-baik. Bukan Yesus TIDAK MAU, tetapi Dia TIDAK DAPAT menyalurkan kuasa Roh Kudus di Nazareth! Kenapa?
Pada mulanya di ayat 2, orang di Nazaret sangat terpegun dengan hikmat dan kebijaksanaan dari Yesus serta kagum dengan mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh tanganNya! Tetapi setelah mereka mulai menilai Yesus secara lahiriah, iaitu, Yesus seorang tukang kayu, anak Mariam, saudara Yakobus, Yoses, Yudas & Simon…mereka terus tidak mahu percaya kepadaNya!
Apa yang boleh kita dapat daripada renungan ini? Kebanyakan kita menjadi orang Kristian sejak lahir, dan sangat terbiasa dengan kisah-kisah dari injil. Sejak sekolah minggu, kita dapat menceritakan perbuatan-perbuatan ajaib Yesus seperti mukjizat 5 roti dan 2 ikan, insiden Yesus berjalan di atas air, bagaimana Dia membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan lain-lain lagi.
Jika keajaiban Tuhan Yesus menjadi sesuatu yang biasa-biasa bagi kita, AWAS! Kalau hati kita tidak lagi berkobar-kobar dan bersemangat mendengar kesaksian Tuhan Yesus, BAHAYA! Kalau kita malu mengaku Yesus di depan orang, TENAT!
Janganlah ‘gereja’ menjadi satu lagi ‘Nazareth’ buat Dia. Marilah kita percaya dan terus percaya bahawa Yesus adalah Tuhan dan Pemilik segala yang ada, dan di atas namaNya, semua lutut akan bertelut dan semua lidah mengaku bahawa Yesus Kristus adalah Tuhan!

GBU
Rev Victor
Nazareth, Israel
27th Sept 2012

MERAIH KESEMPATAN


Efesus 5:8-21
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada. —Efesus 5:15-16
Istri saya, Martie, adalah seorang pembelanja yang tangguh. Ketika berbelanja kebutuhan sehari-hari, ia akan membaca setiap label kadar gizi yang tertera dan mempertimbangkan mana potongan harga yang terbaik dengan memperhatikan harga satuannya. Namun keahlian terbaiknya adalah melihat tanggal kedaluwarsa. Ia tidak akan langsung mengambil galon susu yang pertama dilihatnya, tetapi akan mencari galon yang memiliki tanggal kedaluwarsa terlama. Dengan demikian ia akan membawa pulang susu yang paling segar dari toko tersebut.
Di satu sisi, hidup kita pun ditandai dengan tanggal kedaluwarsa—hanya saja tidak satu pun dari kita yang mengetahui kapan saatnya jantung kita berhenti berdetak atau kapan kita akan menghembuskan nafas terakhir. Menyadari realita tersebut, bukankah kita sudah sepatutnya berusaha lebih keras untuk meraih kesempatan yang telah diberikan kepada kita? Meraih kesempatan di sini berarti bahwa kita akan berusaha untuk mengasihi lebih sungguh, mengampuni lebih segera, mendengarkan dengan lebih cermat, dan berbicara dengan lebih tegas.
Paulus memberikan nasihat yang baik berikut ini: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:15-16). Ia juga memerintahkan kita untuk “[hidup] sebagai anak-anak terang, . . . dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (ay.8-10).
Karena tidak satu pun dari kita yang tahu “tanggal kedaluwarsa” masing-masing, kita harus meraih kesempatan untuk menerangi dunia kita dengan kasih Kristus hari ini juga! —JMS
Tuhan, berilah aku anugerah-Mu sepanjang hari ini
Untuk melalui jalan yang lurus dan sempit,
Untuk melakukan apa pun sesuai kehendak-Mu
Apa yang baik dan sempurna, adil dan benar. —Huisman
Jalanilah hidup Anda seolah-olah setiap hari adalah hari terakhir Anda.

(dipetik dari renunganharian)

Thursday 27 September 2012

BERDOALAH..BERDOALAH


 Efesus 6:10-20
Dengan segala doa dan permohonan, berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil ... (Efesus 6:18-19)

Setelah bertahun-tahun melayani suku Lisu tanpa hasil, misionaris J.O. Fraser merasa sangat depresi. Dalam kondisi putus asa ia berdoa dan menggerakkan sekitar 8-10 orang kristiani di negara asalnya untuk mendukungnya dalam doa terus-menerus. Tahun-tahun berikutnya, puluhan ribu orang Lisu menerima Kristus. Mencengangkan. Fraser bersaksi, “Tak ada gunanya mengajar atau berkhotbah kepada suku Lisu jika mereka masih dibelenggu oleh kuasa-kuasa yang tak kelihatan .... Anda berperang melawan masalah mendasar dari suku Lisu ini ketika Anda berdoa ....”

Fraser mengalami kebenaran yang disampaikan rasul Paulus berabad-abad sebelumnya kepada jemaat Efesus. Pemberitaan Injil bagi Paulus bukan sekadar sebuah metode bercerita tentang Juru Selamat, tetapi merupakan sebuah pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa yang menentang Allah (ayat 12). Kepiawaian berbicara tidaklah cukup. Paulus sadar hanya kuasa Tuhan yang dapat memampukannya menyampaikan kebenaran dengan berani. Sebab itulah ia berdoa, dan juga mendorong jemaat Efesus untuk mendoakannya (ayat 18-20).

Kerap doa dipandang sebagai pelayanan yang kecil dan kurang berarti. Padahal doa justru menghubungkan kita dengan kuasa Allah yang tidak terbatas. Dalam kerinduan membawa orang kepada Tuhan, sudahkah doa kita prioritaskan? Pikirkanlah satu nama orang yang rindu Anda bawa mengenal Kristus, atau satu nama orang yang sedang memberitakan Injil, dan ambillah komitmen mendoakannya secara terus-menerus selama bulan ini.—ELS
DOA BUKANLAH UPAYA MENGATASI KEENGGANAN TUHAN,
TETAPI MENANGKAP APA YANG SIAP DIKERJAKAN-NYA.—MARTIN LUTHER

Wednesday 26 September 2012

KERINDUAN YUDAS


Yudas 1:17-25
Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. (Yudas 1:22-23a)

Anda mungkin pernah membaca syair klasik ini: Jika kebutuhan terbesar manusia itu adalah pengetahuan, tentulah Allah mengutus seorang pendidik. Jika itu kesehatan jasmani, tentulah Allah mengutus seorang dokter. Jika itu uang, tentulah Allah mengutus seorang ahli ekonomi. Jika itu kesenangan, tentulah Allah mengutus seorang yang pintar menghibur. Akan tetapi, kebutuhan terbesar manusia adalah pengampunan, sebab itu Allah mengutus seorang Juru Selamat.

Syair ini kurang lebih menggambarkan keyakinan dan kerinduan Yudas— bukan Yudas Iskariot, tetapi Yudas saudara Yakobus. Kebutuhan akan Juru Selamat lebih dari segalanya. Tanpa hal itu manusia binasa. Sejak awal surat Yudas penuh berisi peringatan tentang penghakiman dan hukuman kekal bagi orang-orang yang menyangkal Yesus (ayat 4-5). Pada akhir suratnya, Yudas mendorong umat Tuhan bukan hanya untuk memperkuat iman, tetapi juga menolong orang yang ragu-ragu atau belum percaya untuk menerima anugerah keselamatan. “Merampas mereka dari api” adalah ungkapan yang sangat kuat. Bayangkan saja menyelamatkan orang dari kebakaran. Tentu tidak bisa dengan santai dan berlambat-lambat. Setiap detik begitu berharga. Tidak ada kesempatan kedua.

Jika kita benar meyakini bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus, tidakkah setiap hari adalah kesempatan berharga untuk mewartakan-Nya? Kecuali kita tidak betul-betul yakin api penghakiman tersedia. Kecuali kita merasa manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri di luar Kristus. Kecuali kita yakin bahwa yang terpenting manusia hidup senang sebelum maut menjemput. Apa yang kita yakini tentang kekekalan akan tercermin dalam doa-doa kita, perhatian kita pada sesama, kesaksian hidup kita.—ELS
BERTEMU JURU SELAMAT MEMBUAT HIDUP JADI BERMAKNA.
SUDAHKAH ANDA SENDIRI MENGALAMI-NYA?

Tuesday 25 September 2012

TIDAK PERNAH PENCEN


Mazmur 71:17-24
juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang. (Mazmur 71:18)

Masa pencen bagi banyak orang cukup menakutkan, karena masa-masa itu mereka dianggap tidak produktif lagi. Tidak ada karya berarti yang dapat mereka hasilkan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia putus harapan dan tidak bersemangat menjalani hidup. Jika melihat anak-anak muda yang perilakunya tidak karuan, mereka mulai mengomel dan menyalahkan mereka.

Sungguh berbeda dengan kerinduan pemazmur yang kita baca. Ia rindu masa tuanya menjadi masa yang produktif untuk terus memberitakan Pribadi dan karya Tuhan yang telah ia kenal sejak kecil (ayat 17-18). Yang menakutkan bagi pemazmur bukan masa tua itu sendiri, tetapi ketiadaan penyertaan Tuhan. Sebab itu ia memohon agar Tuhan tidak meninggalkannya (ayat 18). Ia telah melalui banyak kesusahan sekaligus banyak mengalami pertolongan dan penghiburan Tuhan; ia menyaksikan sendiri kebesaran, kesetiaan, dan keadilan Tuhan (ayat 20-23). Entah berapa lama lagi ia punya kesempatan, tetapi yang jelas hari-hari yang ada hendak ia gunakan untuk memperkenalkan Tuhan yang dikasihinya kepada generasi yang akan datang.

Hari ini tantangan bagi generasi muda makin besar. Ada banyak hal yang dapat menarik hati mereka jauh dari Tuhan. Adakah situasi ini membuat kita merasa tak berdaya? Ataukah kerinduan seperti yang dimiliki pemazmur kian membuncah di hati kita? Kita yang telah menerima pengajaran Tuhan dipanggil untuk mengajar generasi berikutnya. Tidak ada kata pensiun. Hingga tua dan putih rambut kita, kiranya Tuhan menolong kita untuk terus memberitakan Dia.—WPS
TIAP HARI ADALAH KESEMPATAN
MEMBANGUN GENERASI YANG MENCINTAI TUHAN

Monday 24 September 2012

MEWUJUDKAN VISI


Nehemia 2:11-20
Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela. (Nehemia 2:17b)

Ada ungkapan, “Orang yang malang bukanlah orang yang tidak dapat melihat, melainkan orang yang dapat melihat, tetapi tidak mempunyai visi.” Ungkapan ini menggambarkan pentingnya visi. Namun, mewujudkannya tak selalu mudah.

Nehemia mendapat visi dari Allah untuk membangun tembok Yerusalem saat berada di pembuangan sebagai juru minum raja. Setelah menangkap visi dari Tuhan, ia berdoa dan berpuasa, kemudian ia minta izin kepada raja untuk pulang ke kota asalnya (pasal 1-2:10). Menarik bahwa selama tiga hari di sana Nehemia belum berdialog dengan siapa pun (ayat 11). Ia bahkan menyelidiki pada malam hari agar tidak dilihat orang (ayat 12- 16). Membangun tembok Yerusalem bukan pekerjaan mudah. Jika mudah, tentu sudah lama orang melakukannya. Bagaimana Nehemia yang baru datang bisa menyakinkan penduduk setempat untuk menggarap pekerjaan yang begitu besar? Bukan kehebatan diri yang dibagikan Nehemia, tetapi kemurahan Allah yang telah memeliharanya (ayat 18). Seorang buangan bisa dipercaya raja dan dibekali segala perlengkapan untuk membangun tembok Yerusalem. Betapa kesaksian itu menunjukkan perkenan Allah! Segenap orang pun berespons dengan semangat!

Mungkin Anda pun tengah bergumul dengan visi yang Tuhan letakkan di hati Anda. Banyak tantangan yang membuat visi terasa seperti mimpi yang tak mungkin diraih. Akankah orang-orang mendukungnya? Mintalah hikmat Tuhan untuk mengerti langkah yang perlu ditempuh. Bawalah orang melihat visi yang dari Tuhan dan berespons kepada Dia, dan nantikanlah Tuhan menempatkan orang-orang sevisi untuk melayani bersama Anda.—YBP
VISI PELAYANAN DIWUJUDKAN DENGAN PEMAHAMAN YANG TEPAT
AKAN RENCANA TUHAN, DIRI SENDIRI DAN ORANG-ORANG, DAN SITUASI.

Sunday 23 September 2012

BEDA PENILAIAN


 Lukas 15:1-7
Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” (Lukas 15:2)


Ia baik dan pintar,” cerita keponakan saya tentang teman favoritnya. Beberapa teman tidak ia sukai Alasannya antara lain: mereka nakal, suka mengganggu, pelit meminjamkan mainan. Celotehnya menyadarkan saya betapa sejak kecil kita sudah punya kecenderungan untuk menilai orang menurut tolok ukur tertentu, entah itu kebaikannya, reputasinya, atau kelakuannya terhadap kita. Dan, penilaian itu memengaruhi cara kita bersikap.

Sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat adalah cermin penilaian mereka terhadap sekelompok orang. Tolok ukurnya adalah diri sendiri. Melabeli kelompok lain berdosa, menyiratkan mereka mengelompokkan diri sendiri sebagai orang-orang yang tidak berdosa. Keramahan Yesus pada kelompok “berdosa” membuat mereka tak nyaman (ayat 2). Yesus mengoreksi cara pandang ini, mengajak mereka untuk memakai tolok ukur Allah. Dalam sudut pandang-Nya juga ada dua macam kelompok orang, tetapi dua-duanya berdosa. Bedanya, yang satu sadar akan dosanya, yang lain tidak (ayat 7). Yang satu bertobat, yang satu tidak merasa butuh pertobatan. Dan surga bersukacita untuk orang berdosa yang bertobat.

Melihat orang lain dalam dosa, ingatlah bahwa kita tidak lebih baik. Kita tak dapat menyelamatkan diri sendiri, namun Allah dalam kasih-Nya telah mencari dan menemukan kita. Mari periksa lingkaran pergaulan kita. Apakah kita cenderung berteman dengan orang-orang tertentu dan menjauhi yang lain? Mengapa? Daftarkan hal-hal yang biasanya menjadi tolok ukur kita dalam mengasihi orang lain. Mintalah agar Allah memperbarui cara pandang kita dengan cara pandang-Nya.—JOE
PANDANGLAH SESAMA DARI SUDUT PANDANG ALLAH.
KASIHILAH MEREKA DENGAN KASIH DARI PADA-NYA.

Friday 14 September 2012

HIDUP PENUH SYUKUR


Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. (Efesus 5:20)
Fanny Crosby menulis lebih dari 8.000 lagu rohani. Meskipun buta sejak usia 6 minggu, ia tidak mempersalahkan Tuhan atas hal itu. Suatu kali seorang hamba Tuhan berkata kepadanya, “Sayang sekali ya, Sang Pencipta tidak memberi Anda penglihatan, padahal Dia memberikan banyak sekali karunia lain pada Anda.” Fanny menjawab, “Tahukah Anda, seandainya pada saat lahir saya bisa mengajukan permohonan, saya akan meminta agar dilahirkan buta?” Hamba Tuhan itu terkejut. “Mengapa?” tanyanya. “Karena bila saya naik ke surga nanti, wajah pertama yang akan saya lihat adalah wajah Sang Juru Selamat!” Sungguh sebuah hati yang berlimpah dengan rasa syukur.

Paulus mendorong jemaat di Efesus agar hidup sebagai anak Tuhan, antara lain dengan mengucap syukur atas segala sesuatu (ayat 20). Mengucap syukur “atas segala sesuatu” bukan nasihat yang mudah mengingat kesesakan yang sedang dialami sendiri oleh Paulus saat menulis surat ini (lihat pasal 3:13). Bagi Paulus, mengucap syukur merupakan bagian proses pertumbuhan anak-anak Tuhan untuk menjadi makin serupa dengan Kristus. Mengucap syukur tidak hanya menunjukkan seseorang mengalami berkat Allah, tetapi juga menunjukkan kepercayaan yang penuh kepada Allah, yakin bahwa Dia tahu yang terbaik.

Bagaimana dengan ucapan syukur dalam hidup kita? Mengucap syukur atas segala sesuatu berarti lebih dari sekadar ungkapan sukacita, ucapan syukur kita menjadi ungkapan iman bahwa di dalam segala keadaan Allah senantiasa bekerja, berkarya, dan memberikan yang terbaik.—BER
SALAH SATU TOLOK UKUR PERTUMBUHAN ROHANI
ADALAH HIDUP YANG BERSYUKUR DALAM SEGALA SITUASI

Thursday 13 September 2012

ALLAH YANG PEKA


Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Keluaran 2:24)

Apakah Tuhan ada? Andaikata Dia ada, mengapa Dia diam saja tatkala ba­­­nyak bencana terjadi? Mengapa hidup ma­­nu­sia harus penuh dengan berbagai ke­malangan? Mengapa kesulitan tidak per­nah hengkang dari hidup ini? Demikianlah be­be­rapa pertanyaan mendasar yang dapat mun­cul di hati orang yang hidupnya te­ngah dirundung berbagai kesusahan. La­­lu, ba­gai­­mana menjelaskan hal ini ke­pa­­da­­­nya?
Dalam kitab Keluaran, kita mendapati kisah tentang Tuhan yang ternyata mau ber­urusan dengan persoalan manusia. Di si­ni setidaknya ada empat kata kerja aktif yang ditujukan kepada Tuhan: mendengar, meng­ingat, melihat, memperhatikan (ayat 24,25). Tuhan rupanya adalah Allah yang per­­sonal, yang melibatkan diri secara pribadi. Dia empatik (turut merasakan) dan partisipatif (turut ambil bagian). Kita patut me­naikkan syukur karena boleh mengalami ke­hangatan pribadi Tuhan kita yang nyatanya begitu peka. Segala urusan manusia di bumi ini, ternyata juga menjadi minat dan per­hatian dari Tuhan yang ber­se­ma­yam di surga.
Apakah kita sedang tidak merasakan kehadiran Tuhan? Jangan-jangan itu terjadi karena kita kurang peka akan kehadiran-Nya yang nyata di depan mata. Apabila demikian yang kita alami, co­ba­lah lakukan hal berikut di tengah kepedihan: arahkan segala se­du sedan kita hanya kepada Dia; dengan memanjatkan doa yang me­ng­antar kita ke pelukan-Nya; dengan membaca firman Tuhan hing­ga kita tahu apa yang Dia maksudkan dalam setiap peristiwa; de­ngan menyanyikan puji-pujian. Semuanya akan menghangatkan hati kita sehingga dapat merasakan kehadiran-Nya —DKL

TUHAN YANG BERTAKHTA DI SURGA SUCI
SESUNGGUHNYA ADALAH TUHAN YANG MEMBUMI

Wednesday 12 September 2012

FAITH WITH WORKS


JAMES 2 :14-26
'FAITH BY ITSELF, IF IT DOES NOT HAVE WORKS, IS DEAD' - James 2:17
Because of his arthritis, Roger could no longer handle the winters of Illinois, so he moved to tropical Bangkok, Thailand. One day he remembered his grandmother’s favorite song, “What You Are”: What you are speaks so loud that the world can’t hear what you say; they’re looking at your walk, not listening to your talk; they’re judging from your actions every day.
This song prompted Roger to feed the homeless who stayed along a half-mile stretch of road. Every morning, he served hot food to more than 45 families. Years later, one of the homeless women came to know Jesus as Savior and sought out Roger to thank him for introducing her to the love of Christ.
In James, we are clearly told that faith without works is dead (2:17). It does not mean that works will result in faith, but that good works will affirm that our faith is real. It is easy to say we believe in God, but only our works can prove the truthfulness of our words. Abraham was an example of this. He didn’t just talk about his faith; he demonstrated it by his willingness to give up his only son in obedience to God (James 2:21-24; see Gen. 22:1-18). And Isaac was spared.
Today, how can we actively demonstrate our love for God and trust in Him?
Faith is the power that prompts us to go
And give to the hungering, bread—
Faith means much more than a doctrine or two,
For faith without works is dead. —Woodrum
What matters is not faith and works; it is not faith or works; it is faith that works.

SUARA HATI


AMSAL 14:12
Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12)
Carl Weisman mewawancarai 1.036 orang yang telah bercerai untuk meneliti penyebabnya. Ternyata 80% menyatakan bahwa sebelum menikah, sudah muncul keraguan dalam hati mereka untuk bisa bertahan hidup bersama pasangannya. Ada yang terasa mengganjal di hati. Namun, perasaan itu ditutupi rasa optimis bahwa sesudah menikah semuanya akan berubah. Atau, sudah telanjur memastikan tanggal pernikahan. Weisman, dalam bukunya, Serious Doubts (Keraguan Serius) berkata: “Jika Anda sangat ragu menikahi seseorang, jangan nekat! Dengarkan suara hati agar jangan salah jalan.” 

Hati adalah pusat kehidupan batin. Tempat diolahnya perasaan dan pikiran terdalam. Dari hati muncul penilaian jujur pada diri sendiri. Suara hati membisikkannya kepada kita, terutama jika ada yang tak beres. Kita bisa saja mengabaikannya dan lebih menuruti apa kata orang. Namun, hati akan merana (ayat 10,13). Orang bijak tak akan bertindak berdasarkan apa kata orang (ayat 15). Ia akan berhati-hati melangkah; peka mendengar suara hati. Ia tak akan ceroboh mengambil jalan yang disangka lurus. Ia tidak akan menjalaninya sebelum yakin bahwa jalan itu benar-benar lurus.

Salah jalan memang bukan akhir. Tuhan bisa membuat keputusan-keputusan keliru yang kita buat menjadi sesuatu yang berakhir baik. Anda, dengan pertolongan Tuhan, bisa kembali menempuh jalan yang benar. Namun, prosesnya menghabiskan waktu dan tenaga. Menguras pikiran dan perasaan. Anda akan mengalami kesusahan yang tak perlu terjadi. Jadi, sebelum mengambil keputusan penting, datanglah kepada Tuhan. Mintalah kepekaan untuk mendengar pimpinan-Nya, bahkan lewat suara hati Anda —JTI
SUARA HATI ADALAH SOBAT YANG PALING BERANI BICARA
IA BERANI BERKATA “TIDAK” SAAT SEMUANYA BERKATA “YA”

Tuesday 11 September 2012

MENYERAHKAN DIRI


ROMA 6:16
Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, entah itu dosa yang memimpin kamu kepada kematian, entah itu ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran (Roma 6:16)
Ketika menerima beasiswa dari sebuah lembaga tempat saya mengabdi, dengan sadar saya mengikatkan diri dengan peraturan yang ditetapkan lembaga tersebut. Saya membaca berulang kali peraturan yang diberikan sambil mengukur kesanggupan melakukannya. Saat dijalani, ketentuan itu terasa lebih berat dibanding dengan yang pernah saya bayangkan. Namun, dengan setia menaatinya, saya pun leluasa menikmati beasiswa yang dijanjikan.

Ada yang harus ditaati saat kita percaya kepada Kristus dan menerima kasih karunia-Nya. Semula kita hamba dosa, tetapi kini menjadi hamba kebenaran (ayat 18). Kita seolah telah mengikat kontrak seumur hidup dengan Kristus. Seluruh tubuh kita menjadi milik-Nya. Kita tak lagi boleh menggunakan anggota tubuh untuk melakukan kecemaran sebab tubuh kita bukan lagi milik dosa. Sebaliknya, kita harus menyerahkan diri untuk melakukan kebenaran, hingga makin hari kita makin hidup dalam kekudusan (ayat 19). Sama-sama hamba yang harus taat. Bedanya, taat pada dosa mengarahkan kita kepada kematian (ayat 21), taat pada Allah membawa kita menikmati kekudusan dan hidup yang kekal (ayat 21-22).

Apakah yang lebih menguasai tubuh Anda saat ini? Dosa, ataukah kebenaran Kristus? Ingat, sekalipun dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita, kita masih dapat memutuskan untuk menuruti keinginannya. Masih menaati dan tunduk kepada dosa adalah perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat. Kita sudah diberitahu apa buahnya nanti. Mari menyerahkan diri kepada Tuan yang benar, dan dengan sukacita menaati segala perintah-Nya.—HEM
TAAT ADALAH KONSEKUENSI MENGIKUT TUHAN
YANG AKAN MEMBAWA KITA MENIKMATI KEKUDUSAN.

from  renungan harian