Wednesday 31 October 2012

LEBIH DARI SEKADAR RASA


Matius 26:1-13
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. (Matius 26:10)
Meski berat, momen perpisahan sering merupakan saat-saat menikmati hujan kasih. Saya masih menyimpan sejumlah kenang-kenangan yang diberikan ketika saya selesai kuliah dan akan pulang ke kota asal. Tidak semuanya berguna, tetapi tiap benda mengingatkan saya pada mereka yang meluangkan waktu, uang, dan tenaga demi menunjukkan kasih kepada saya.

Saya pikir orang yang mengurapi Yesus menjelang penyaliban pastilah sangat mengasihi Yesus. Sebab itu, Yesus sangat menghargai tindakannya (ayat 10). Menuangkan minyak wangi menunjukkan penghormatan yang besar dalam budaya zaman itu, apalagi minyak yang mahal harganya. Menurut catatan Injil Yohanes, ia adalah Maria, saudara Lazarus yang pernah dibangkitkan Yesus. Mungkin sekali Maria telah mendengar bahwa Yesus akan disalibkan dan ia tak tahan menunjukkan kasih dan penghormatannya kepada Sang Mesias selagi masih punya kesempatan. Menurut catatan Matius, Yesus telah empat kali memberitahukan tentang kematian-Nya kepada para murid. Namun, mereka tidak memercayai-Nya (lihat pasal 16:22), bahkan gusar melihat tindakan Maria yang mereka anggap berlebihan (ayat 8).

Tindakan Maria mengingatkan kita bahwa kasih adalah sesuatu yang “aktif”, bukan sekadar perasaan yang kita harap bisa meluap sewaktu-waktu. Perintah pertama dan utama yang diberikan Yesus adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, ....” Kasihilah, sebuah kata kerja. Ketika kita mengasihi Allah, kita memercayai dan menaati-Nya (lihat Yohanes 14:15). Tak mengapa jika tidak dihargai orang. Kita melakukannya semata-mata karena hendak menunjukkan kasih dan penghormatan tertinggi bagi-Nya.—MEL 
MENGASIHI ALLAH BERARTI KITA MEMERCAYAI-NYA
DAN MENGAMBIL LANGKAH NYATA UNTUK MENANGGAPI-NYA

(dari renunganharian)

No comments:

Post a Comment